Skip to main content

Life in Quarantine: Personal Feelings and Relationships

It is currently day 131 of quarantine. Tbh when I googled “Days Calculator” I expected 400 something days. Then I realized that 1 year equals 365 days. Heh. The past 131 days do feel like 4 times longer. Odd times, don’t you think?   A couple of days ago, an idea sprung to mind. I asked some of my friends a series of questions about the quarantine, focusing on personal feelings and relationships. I might -caps lock on the word MIGHT- make this into a series of quarantine posts, maybe the next one we’ll talk about the future or economy or something else. We’ll see. We’ll see. Anyhow, I curated their answers and I present this to you all. I sincerely hope reading these frank answers will shed light on some of your own feelings and struggles, as they did with me.    "How are you feeling during the first few weeks of quarantine on a scale of 1-10?”   8, soalnya aku introvert dan ga gitu suka pergi-pergi jadi it's okay malah seneng bisa pulang kampung :D   10, seneng banget cuma di

Do's and Don't's Saat Jalan-Jalan ke Jogja

Akhirnya balik nulis lagi, setelah break bentar nyelesain UAS sama liburan, hehe. Kali ini aku kumpulin info-info tentang ke Jogja, natal terakhir aku ngelencer ke sana bareng keluarga besar. Semoga berguna! :) 
Salah satu spot yang nggak backlight hari itu :)

DO'S

Research!
Nyesel abis, pulang dari Jogja liat instagram @inijie, eh dia ke Jogja. Tau gitu kan bisa dijadiin panutan, hehe. Buat kalian yang mau ke Jogja, head over to his page (after finishing mine 😄)! Dari hotel sampai makanan ada, dan nggak satu pun yang aku coba....

Book great hotel
Kita nginep di Hotel Tentrem. Super recommended! Kamar gede, kasur double 160cm, dan vibes Jogja kentel banget. Buat welcome drink, ada macem-macem jamu. It can get very crowded here, tho. Apalagi di kolam renang, banyak banget anak kecil. Breakfastnya enak, ada es krim rasa tolak angin dan booth masakan daerah ganti menu tiap hari. Ada 'diet' areanya juga, tapi sapa yang ambil ya waktu liburan, hehe. 

Abis keliling-keliling
Es krim Tolak Angin 
First impression, lho kok, bangunannya modern. Kaca-kaca gitu. Agak jauh dari kota, mungkin sejam. Lokasinya termasuk tinggi, jadi udaranya menyejukkan. Kita dateng sudah hampir tutup, sekitar jam 3-an. Naik tangga untuk masuk, di dalam ruangan ada loket tiket, pameran lukisan dan topeng. Setelah beli tiket, kita nggak bisa langsung masuk, harus nunggu guide dulu. Ternyata bangunannya terdiri dari bangunan-bangunan kecil, jadi bukan museum indoor biasa. Untuk keliling, kita lewat area outdoor yang rimbun. Museum ini fokus ke sejarah kerajaan yang pernah menempati daerah Yogyakarta. Baru tau kalo dulu batik motif kawung itu dipake buat nutup jenazah. Paling inget sama Putri Gusti Noeroel yang nggak mau dipoligami, nolak Soekarno dan banyak tokoh Indonesia lainnya, dan akhirnya menikah dengan orang biasa, bukan raja. Motivasi awal kesini untuk lihat restorannya, eh, ternyata sudah last order. Jadi cuma bisa lihat-lihat interiornya. Abis keliling museum terus ke sini.. kok biasa aja. Kalo mau ke sini make sure masih nutut keliling ya.
Shoutout buat guide kita Selvia, seru orangnya, jelas banget kalo nerangin!

Patung di lobby museum
And Jurang Tembelan. Sekitar 1 jam perjalanan kalo nggak macet. Hati-hati buat yang nyetir sendiri, jalan cukup curam dan sempit. Kita sewa mobil sekaligus supir jadi nggak seberapa khawatir. Dari parkiran, jalan melewati warung-warung baru bisa ke spot foto. Ada macem-macem, bentuk kapal, hati, ada juga yang di atas tanah, maksudnya nggak ngawang gitu lho. Jangan guyonan ya di sini, rawan. Tapi viewnya, silakan dilihat sendiri. Pas hari itu cuaca lagi nggak berkabut, jadi bisa liat full sampai bawah. Kalo berkabut, berasa kayak negeri atas awan, bisa dicek di instagram. Bagus benar!



Uangin e rekk

Dari Jurang Tembelan, naik mobil sebentar baru sampai lah di Hutan Pinus. Susah juga parkir di sini, apalagi kalo pake mobil besar, karena waktu itu weekend. Di sini juga ada toiletnya, tapi beda dengan jurang tadi, ada tiket masuk. Ada spot foto yang kudu ngantre dulu, serupa sama yang tadi di jurang, tapi nggak tinggi kok. Cuman supaya bisa dapet view hutan dari atas aja. Seru juga ternyata main ke hutan gini. Banyak yang piknik, tapi karena kita nggak ada persiapan, foto-foto aja deh.



Bring umbrella
Bukannya alay yah, tapi panas. Suwer. Hari kedua aja udah belang padahal pake tabir surya  tiap hari. Awalnya bawa payung soalnya ekspektasi Jogja bakalan hujan kayak Surabaya. Eh, ternyata nggak. Malah buat fungsi lain, hehe.

DON'T'S

Visit at peak hours 
Pengalaman pergi ke borobudur, hari Sabtu, datang jam 11.30 an, panas lagi terik-teriknya. Tiketnya nggak pake antre, tapi di dalam rame banget. Belum lagi ditawari macem-macem barang dari kiri kanan, bingung pake payung dan kacamata karena kepanasan. Kapok. Padahal pemandangan dari atas bagus, candinya juga nggak mengecewakan, meskipun nggak bisa dapet foto yang bersih.


Rame benar
Seharusnya kita rencana ke Taman Sari setelah dari Keraton, eh, nggak bisa masuk alias macet di parkiran. Karena sudah mager dan kepanasan (ya gitulah turis males), jadi akhirnya nggak jadi. Sayang, padahal kan sudah di Jogja. Salah juga kita, ke sana siang-siang minta sepi.
Di keraton


Tips: Cek dulu di google waktu populernya. Contoh, ketik Candi Borobudur di google terus di-scroll  ke bawah dikit muncullah datanya. 

Lihat-lihat barang kalo nggak mau beli 
Sebelum turun mobil di Borobudur, supir kita sudah pesen, kalo nggak mau beli barang, jangan tanya, nanti dikejar. Kita manggut-manggut aja, nggak mbayangin kalo mereka mekso nawarin. Triknya ya jalan terus aja jangan dianggep kalo memang nggak mau beli. Bukannya sombong, takut php, kan repot tuh! Kita cuman minjem payung aja (10 ribu di luar 5 ribu di dalam), karena panaaaaas banget. Belum masuk aja sudah pusing itu kepala. Hati-hati payungannya, waktu naik tangga bisa nyenggol orang sebelah karena jalan sempit dan tangganya tinggi.



Di Keraton juga gitu, banyak penjual pernak-pernik dan jajan. Tapi nggak sesemangat yang di Borobudur. Peraturannya tetep berlaku ya, jangan tanya kalo nggak beli. Dan kalau beli, tawar. Tawar sampai harga masuk akal yah, bukannya jahat, kadang ada penjual yang ngasih harga bule.



Cari jam kereta malam 
Technically, ini bukan tips buat di Jogja tapi aku masukin aja karena menurutku penting. Kalo bisa, jangan cari kereta yang terlalu malam. Kereta Surabaya-Jogja ada yang 4 jam-an ada yang 6 jam-an.  Argo Wilis 4 1/2 jam, Sancaka Tambahan 6 jam. Keretanya lebih bagus Sancaka, kesannya lebih modern. Beberapa menit setelah berangkat ada pegawai yang keliling nawarin makanan, semacam kayak pesawat. Kalo Argo Wilis ada kantin di gerbong khusus, kayaknya nggak ada yang keliling tapi aku tidur sepanjang perjalanan :) Balik lagi, kalo berangkat jam 6 sore, nanti sampeknya bisa jam 12 malam. Nah, kalo jam segitu, jarang ada taksi/uber. Kalo taksi mending telpon aja karena yang standby di stasiun sudah ngantuk, didatangin malah ngacir.

Bonus:
Es murni kalo mau langsung di pusatnya, daerah Magelang, lebih mantap. Es serutnya lebih banyak dan lebih sedep. Kalo yang versi mall-nya pake es batu kecil-kecil.
Es roti+nangka 


p.s All photos are taken with iPhone 5s and edited with Snapseed and VSCO


Comments

Popular posts from this blog

Life in Quarantine: Personal Feelings and Relationships

It is currently day 131 of quarantine. Tbh when I googled “Days Calculator” I expected 400 something days. Then I realized that 1 year equals 365 days. Heh. The past 131 days do feel like 4 times longer. Odd times, don’t you think?   A couple of days ago, an idea sprung to mind. I asked some of my friends a series of questions about the quarantine, focusing on personal feelings and relationships. I might -caps lock on the word MIGHT- make this into a series of quarantine posts, maybe the next one we’ll talk about the future or economy or something else. We’ll see. We’ll see. Anyhow, I curated their answers and I present this to you all. I sincerely hope reading these frank answers will shed light on some of your own feelings and struggles, as they did with me.    "How are you feeling during the first few weeks of quarantine on a scale of 1-10?”   8, soalnya aku introvert dan ga gitu suka pergi-pergi jadi it's okay malah seneng bisa pulang kampung :D   10, seneng banget cuma di

Innsbruck: Underrated | A 2-Day Winter Itinerary

Innsbruck, also known as The City of Alps, is a small town located near the mountains. Its main charm is the pastel-colored old town with a beautiful backdrop of the alps. In fact, it is enlisted as a UNESCO Heritage Site. I was not intrigued by this town at first, as Salzburg was the reason why I came to Austria. I just googled what city should I stop by other than the infamous Hallstatt and Innsbruck popped out on my research. We arrived in Innsbruck quite late on the afternoon and immediately checked in into our apartment. It's located very strategically in the heart of old town, with The Golden Roof only a few metres away. The apartment itself is not equipped by a front desk but we assumed that the guy (I think he is the manager) in the downstairs cafe was in charge as he handled our check in and out. He was very friendly and helpful. We requested an extra key and he immediately processed our inquiry and it was finished a couple of hours later. My tip on staying here w